Puisi Chairil Anwar Sia-sia dan Parafrasenya.


Hasil gambar untuk JUDUL PUISI SIA-SIA
        Puisi Chairil Anwar yang berjudul “sia-sia” melambangkan kedukaan,dibuktikan dari bait pertama sampai akhir “Penghabisan kali itu kau datang membawa kembang berkarang” maksudnya adalah membawa karangan bunga untuk sebuah pemakaman. “Mawar merah dan Melati putih Darah dan Suci” artinya adalah kembang yang suci
“Kau tebarkan kepadaku serta pandang yang memastikan: Untukmu” maksudnya adalah menabur kembang di makam tempat sang penulis disemayamkan.“lalu kita termanggu saling bertanya: apakah ini? Cinta? Kita berdua tak mengerti” artinya adalah sebuah duka yang mendalam sehingga mereka tidak dapat mengerti tentang kematian tersebut.“sehari kita bersama, tak hampir-menghampiri ah! Hatiku yang tak mau memberi. Mampus kau di koyak-koyak sepi” maksudnya adalah mereka masih tidak berlapang dada untuk menerima kenyataan yang ada. Tidak bisa menerima kematian tersebut dan akhirnya hanya kematian yang datang


SIA-SIA
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang

Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci.
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: Untukmu.

Sudah itu kita sama termangu

Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi

Mampus kau dikoyak-koyak sepi



  Parafrase Puisi "Sia-Sia" Karya Chairil Anwar

Puisi tersebut bercerita tentang seseorang yang datang pada sang penyair dengan membawa karangan kembang yang melambangkan sebuah tawaran cinta, "Penghabisan kali itu kau datang membawa karangan kembang". Sebuah cinta yang begitu dalam dan suci yang hanya diberikan kepada sang penyair dengan penuh harapan tertuang dalam larik puisi “Mawar merah dan melatih putih: darah dan suci”. Sebuah tawaran cinta yang tulus untuk penyair.
Sebuah cinta yang membutuhkan kepastian dari penyair , sebuah harapan agar sang penyair mau menerima tawaran cinta yang tulus “Kau tebarkan padaku, serta pandang yang memastikan:untukmu”. Chairil ternyata tak begitu saja mengatakan “ya” Untuk sebuah cinta, bahkan dia harus bertanya apakah arti semua ini? “Sudah itu kita sama termangu, saling bertanya: Apakah ini?”. Cinta? Bagaimana mungkin Chairil Anwar tak bisa memaknai arti sebuah cinta? Itu adalah sebuah cinta yang ditawarkan padanya. “Keduanya tak mengerti” ada sesuatu yang bergelut di hati penyair dan keduanya tak bisa mengerti, bagaimana mungkin ini sebuah cinta? Ada keraguan di hati penyair, dia tak bisa menyadari kehadiran cinta di hatinya.
“Seharian bersama. Tak hampir-menghampiri” larik tersebut telah mengambarkan begitu banyak waktu yang harus dihabiskan untuk memaknai sebuah cinta. Penyair tak mengungkapkan apapun dan hanya berdiam diri satu sama yang lain. “Ah! hatiku yang tak mau memberi” sebuah keputusan yang sebenarnya sulit untuk diucapkan namun penyair tak mau memberi atau membagikan cintanya kepada wanita yang telah menawarkan banyak cinta. “Mampus kau dikoyak-koyak sepi” sebuah akhir yang terasa kejam, mungkin itulah makna pada larik tersebut. Penyair lebih suka sendiri dalam kesepiannya dan menghapus dalam-dalam rasa cinta itu. Tampak tak ada penyesalan dan kesedihan atas penolakan akan cinta.

Komentar

  1. Kayaknya ini puisi tentang kecintaan terhadap Indonesia, bukan cerita asmara

    BalasHapus
  2. No deposit casino bonus codes 2021 - DRMCD
    No deposit casino 계룡 출장마사지 bonus codes 2021 · Wild Casino · Café 서울특별 출장안마 Casino · 밀양 출장마사지 Slots Casino 대구광역 출장안마 · 원주 출장샵 Spades Casino · Vegas Slots Casino · Blackjack Casino · Poker Room

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi - GELORA MAHASISWA